LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA SKRINING FITOKIMIA SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

SKRINING FITOKIMIA SECARA KROMATOGRAFI

LAPIS TIPIS

Oleh :

Kls/Smt : A/IV

Kelompok 4

Nama kelompok :

  1. Dewa Ayu Embas Saraswati (131016)
  2. Ni Putu Erna Widiasmini (131017)
  3. Eugenius Surya Puji (131018)
  4. Fransiska Oktaviana Mei (131019)
  5. Gusti Agung Ayu Ketut Sudiariyanti (131020)

 

AKADEMI FARMASI SARASWATI DENPASAR

2015

Tujuan

Memahami metode dan mampu melakukan analisis golongan senyawa kimia dalam tumbuhan secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT).

 Dasar Teori

Skrining fitokimia merupakan analisis kualitatif terhadap senyawa-senyawa metabolit sekunder. Suatu ekstrak dari bahan alam terdiri atas berbagai macam metabolit sekunder yang berberan dalam aktivitas biologinya. Senyawa-senyawa tersebut dapat diidentifikasi dengan pereaksi-pereaksi yang mampu memberikan ciri khas dari setiap golongan dari metabolit sekunder (Harborne,1987). Skrining fitokimia atau penapisan kimia adalah tahapan awal untuk mengidentifikasi kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan, karena pada tahap ini kita bisa mengetahui golongan senyawa kimia yang dikandung tumbuhan yang sedang kita uji/teliti. Skrining fitokimia disini dilakukan secara Kromatografi Lapis Tipis.

  1. Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah metode pemisahan campuran yang didasarkan pada perbedaan kecepatan perembesan dari zat-zat dalam campuran pada medium tertentu. Dalam kromatografi dibedakan adanya fase diam dan fase gerak. Komponen yang afinitasnya lebih kecil terhadap fase diam akan bergerak lebih cepat daripada komponen yang afinitasnya lebih besar. Akibatnya akan muncul perbedaan laju pergerakan komponen sehingga komponen akan terpisah. Pemakaian metode kromatografi bisa untuk tujuan kualitatif, kuantitatif atau preparatif.

Fase diam pada Kromatografi Lapis Tipis (KLT) berupa lapisan tipis (tebal 0,1 – 2 mm) yang terdiri dari bahan padat yang dilapiskan pada permukaan penyangga datar yang biasanya terbuat dari kaca, tetapi dapat pula terbuat dari pelat polimer atau logam. Lapisan melekat pada permukaan dengan bantuan bahan pengikat, biasanya Kalsium Sulfat atau Amilum (Pati). Fase diam pada KLT biasanya digunakan Silika Gel, Alumina, Kiselgur, atau selulosa. Pada KLT, lapisan fase diam berfungsi sebagai permukaan padat yang menjerap.

Sebagai fase gerak pada KLT dapat berupa pelarut tunggal atau campuran dari 2 atau 3 pelarut dengan perbandingan tertentu. Jika fase gerak digerakkan melalui fase diam untuk menghasilkan pemisahan kromatografi, proses ini disebut pengembangan. Setelah senyawa-senyawa dipisahkan dengan pengembangan, hasilnya dideteksi atau divisualisasi. Deteksi dapat dilakukan secara langsung, dengan penyemprotan pereaksi tertentu, atau dilihat di bawah sinar UV. Hasil dari proses kromatografi secara keseluruhan disebut kromatogram. Bercak senyawa yang terpisah pada kromatogram dihitung harga Rf-nya dengan rumus :

 Klasifikasi Tumbuhan yang Digunakan

Kingdom               : Plantae

Subkingdom          : Tracheobionta

Super Divisi          : Spermatophyta

Divisi                     : Magnoliophyta

Kelas                     : Liliopsida

Sub kelas               : Commelinidae
Ordo                      : Zingiberales

Famili                    : Zingiberaceae

Genus                    : Curcuma

Spesies                  : Curcuma longasens Val. Non L

                                Curcuma Montana Roxb

 Kandungan Kimia Tumbuhan yang Digunakan

  • Kandungan utama kunyit adalah kurkumin dan minyak atsiri.
  • Kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin, desmetoksikumin sebanyak 10 % dan bisdesmetoksikurkumin sebanyak 1-5 %
  • Zat –zat bermanfaat lainnya seperti minyak atsiri yang terdiri dari keton sesquiterpen, turmeron, tumeon 60%, zingiberen 25%, felandren, sabinen, borneol dan sineil.
  • Kunyit juga mengandung lemak sebanyak 1-3 %, karbohidrat sebanyak 3%, protein 30%,pati 8%, vitamin C 45-55% dan garam-garam mineral, yaitu zat besi, fosfor, dan kalsium.

 Khasiat Tumbuhan yang Digunakan

  • Mengatasi jerawat
  • Anti radang
  • Anti keracunan empedu
  • Mencegah penyakt ginjal
  • Mencegah sembelit
  • Menambah nafsu makan
  • Mengatasi penyakit limfa
  • Menyembuhkan cacar air
  • Menyembuhkan sariawan
  • Meningkatkan produksi ASI
  • Mengatasi asma
  • Mengatasi sakit pinggang
  • Menyembuhkan sakit kepala dan masuk angin
  • Mengatasimaag
  • Mengatasi nyeri haid
  • Menghilangkan bau anyir saat haid

  • Alat dan Bahan
    1. Bahan yang digunakan :

Serbuk Simplisia, Butanol, Asam Asetat Glacial, Aquadest, Kloroform, Methanol, Pereaksi Dragendorf, H2SO4 10%, FeCl3 1%, Pereaksi Lieberman Buchard, Pereaksi KOH 10% Dalam Methanol.

 Alat yang digunakan :

Timbangan, Kertas Saring, Aluminium Foil, Vial, Spatula, Cawan Penguap, Oven, Plat KLT Silika Gel 60 F254, Pipa Kapiler, Lampu UV

Prosedur

  1. Pembuatan Ekstrak
  • Sebanyak 5 gram serbuk simplisia dimasukkan ke dalam erlenmeyer, ditambah 25 ml etanol 80%, kemudian ditempatkan pada alat ultrasonik.
  • Setiap 3 menit ekstrak diaduk, kemudian diultrasonik kembali, diulangi sebanyak tiga kali dan disaring untuk mendapat filtratnya.
  • Proses maserasi diulangi tiga kali. Kemudian ekstrak dari ketiga proses maserasi dicampur.
  • Setelah proses maserasi, selanjutnya ekstrak dipekatkan dengan menggunakan penangas air, sehingga didapatkan ekstrak kental.
  • Ekstrak kental tersebut diuapkan dalam oven dengan suhu 400C sampai diperoleh ekstrak kering.

  1. Identifikasi Senyawa Golongan Alkaloid secara KLT

Sejumlah kecil ekstrak ditambahkan HCL 2N sebanyak 5 ml kemudian dipanaskan diatas penangas air sambil sesekali diaduk selama kurang lebih 5 menit. Setelah dingin, filtrat ditambah NH4OH sampai menjadi basa.Kemudian larutan diekstraksi dengan kloroform.Sebanyak 12 µL ekstrak kloroform ditotolkan pada setiap lokasi penotolan. Uji kromatografi lapis tipis ini menggunakan:

 Fase diam  :Silika gel 60 F254

            Fase gerak  : Metanol – kloroform (1 : 9)

            Penampak noda  : Pereaksi Dragendorf

Timbulnya warna jingga menunjukkan adanya alkaloid dalam sampel.

 

  1. Identifikasi Senyawa Golongan Flavonoid secara KLT

Ekstrak dilarutkan dalam metanol kemudian ditotolkan pada fase diam. Uji kromatografi lapis tipis ini menggunakan :

Fase diam  :Silika gel 60 F254

Fase gerak  : butanol – asam asetat glasial – air (4:1:5)

            Penampak noda  : H2SO4 10%

Adanya flavonoid ditunjukkan dengan timbulnya noda berwarna kuning.

  1. Identifikasi Senyawa Golongan Terpenoid secara KLT

Ekstrak dilarutkan dalam metanol kemudian ditotolkan pada fase diam. Uji kromatografi lapis tipis ini menggunakan :

Fase diam  :Silika gel 60 F254

Fase gerak  : kloroform – metanol (9,5 : 0,5)

   Penampak noda  : Pereaksi Lieberman Buchard

Timbulnya warna ungu/merah ungu menunjukkan adanya senyawa golongan terpenoid.

  1. Identifikasi Senyawa Golongan Polifenol secara KLT

Ekstrak dilarutkan dalam metanol kemudian ditotolkan pada fase diam. Uji kromatografi lapis tipis ini menggunakan :

Fase diam  :Silika gel 60 F254 Reversed Phase

Fase gerak  : butanol – asam asetat glasial – air

Penampak noda  : Pereaksi FeCl3 1%

Timbulnya warna hitam menunjukkan adanya polifenol dalam sampel

 

  1. Identifikasi Senyawa golongan Antrakuinon secara KLT

Ekstrak dilarutkan dalam metanol kemudian ditotolkan pada fase diam. Uji kromatografi lapis tipis ini menggunakan :

Fase diam  :Silika gel 60 F254

            Fase gerak   : n-heksan – etil asetat (3 : 7)

            Penampak noda  : Pereaksi 10% KOH dalam metanol

Timbulnya noda warna kuning, kuning coklat, merah ungu atau hijau ungu menunjukkan adanya senyawa antrakuinon dalam sampel

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *