LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA SEDIAAN GALENIKA

 

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

SEDIAAN GALENIKA

Oleh :

Kls/Smt : A/IV

Kelompok 4

Nama kelompok :

  1. Dewa Ayu Embas Saraswati (131016)
  2. Ni Putu Erna Widiasmini (131017)
  3. Eugenius Surya Puji (131018)
  4. Fransiska Oktaviana Mei (131019)
  5. Gusti Agung Ayu Ketut Sudiariyanti (131020)

 

AKADEMI FARMASI SARASWATI DENPASAR

2015

    

 Tujuan

Memahami dan mampu membuat sediaan infusa dan dekok.

Dasar Teori

  1. Sediaan Galenik

Istilah galenika berawal dari nama seorang tabib Yunani yaitu Claudius Galenos (Galen) yang membuat sediaan obat-obatan yang berasal dari tumbuhan dan hewan sehingga munculah ilmu obat-obatan yang dinamakan galenika.

Jadi, ilmu galenika adalah ilmu yang mempelajari tentang cara pembuatan sediaan (preparat) obat dengan cara sederhana yang dibuat dari alam (tumbuan dan hewan). Sedangkan sediaan galenika adalah sediaan yang dibuat dari bahan baku hewan atau tumbuhan yang disari.

Secara umum pembuatan sediaan galenik adalah mengolah bagian tumbuhan yang mengandung obat menjadi simplisia atau bahan obat lainya. Setelah menjadi simplisia obat-obat (bahan obat) tersebut diambil dan diolah dalam bentuk sediaan (preparat). Tujuan dari adanya sediaan galenika adalah:

  1. Untuk memisahkan obat-obat yang terkandung dalam simplisia dari bagian lain yang diaanggap tidak bermanfaat
  2. Membuat suatu sediaan yang sederhana dan mudah dipakai
  3. Agar obat-obat yang terkandung dalam sediaan tersebut stabil dalam penyimpanan yang lama .

Zat-zat yang tersari (berkhasiat) biasanya terdapat dalam sel-sel bagian tumbuh-tumbuhan yang umumnya dalam keadaan kering. Cairan penyari masuk kedalam zat-zat berkhasiat utama dari pada simplisia yang akan di ambil sarinya, kemudian, zat berkhasiat tersebut akan terbawa larut dengan cairan penyari, setelah itu larutan yang mengandung zat berkhasiat dipisahkan dari bagian simplisia  lain yang kurang bermanfaat.

Beberapa hal yang  perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan galenik adalah :

  1. Derajat kehalusan :

Derajat kehalusan ini harus disesuaikan dengan mudah atau tidaknya obat yang terkandung tersebut disari. Semakin sukar disari, simplisia harus dibuat semakin halus, dan sebaliknya.

  1. Konsentrasi atau kepekaan :

Beberapa obat yang terkandung atau zat aktif dalam sediaan tersebut harus jelas konsentrasinya agar tidak menimbulkan kesulitan dalam pembuatan.

  1. Suhu dan lamanya waktu :

Suhu dan lamanya waktu penyarian harus disesuaikan dengan sifat obat, mudah menguap atau tidak, mudah tersari atau tidak.

  1. Bahan penyari dan cara penyarian :

Bahan dan cara penyarian harus disesuaikan dengan sifat kelarutan obat dan daya serap bahan penyari ke dalam simplisia.

Bentuk-bentuk sediaan galenik :

  1. Hasil penarikan : extracta, tinctur, dekokta/infusa.
  2. Hasil penyulingan atau pemerasan : aqua aromatika, olea volatilia (minyak mudah menguap), olea pinguia (minyak lemak).
  3. Sirop

    Infusa

Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati  dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit, yang mana ekstraksinya dilakukan secara infundasi. Infundasi merupakan penyarian yang umum dilakukan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan metode ini menghasilkan sari/ekstrak yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang.  Umumnya infus selalu dibuat dari simplisia yang mempunyai jaringan lunak yang mengandung minyak atsiri, dan zat-zat yang tidak tahan pemanasan lama.

Keuntungan dan kekurangan metode infundasi:

  • Keuntungan:
    1. Unit alat yang dipakai sederhana
    2. Biaya operasionalnya relatif rendah
    3. Dapat menyari simplisia dengan pelarut air dalam waktu singkat
  • Kerugian:
    1. Zat-zat yang tertarik kemungkinan sebagian akan mengendap kembali, apabila kelarutannya sudah mendingin.
    2. Menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang.

 Dekokta

Dekokta adalah suatu proses penyarian yang hampir sama dengan infus, perbedaannya pada dekokta digunakan pemanasan selama 30 menit dihitung mulai suhu mencapai 90oC. Cara ini dapat dilakukan untuk simplisia yang mengandung bahan aktif yang tahan terhadap pemanasan.

Umumnya dekokta dibuat dari simplisia yang keras, yang tidak mengandung minyak atsiri dan tahan terhadap  pemanasan.

  1. Klasifikasi Tumbuhan yang Digunakan
  • Daun Sirih (Piperis Betle Folium)
  • Kingdom :Plantae
  • Divisi :Magnoliophyta.
  • Class :Magnoliopsida.
  • Ordo :Piperales.
  • Famili :Piperaceae.
  • Genus :Piper.
  • Species :Piper betle Lynn

 Rimpang Temulawak (Curcumae Rhizoma)

  • Divisi : Spermatophyta.
  • Sub divisi : Angiospermae.
  • Kelas : Monocotyledonae.
  • Ordo : Zingiberales.
  • Famili : Zingiberaceae.
  • Genus : Curcuma.
  • Spesies : Curcuma xanthorrhiza

 Kandungan Kimia Tumbuhan yang Digunakan

  • Daun Sirih (Piperis Betle Folium)
  • Minyak atsiri mengandung hidroksi kavikol, kavibetol, estragol, eugenol, metileugenol, karvakrol, terpinen, seskuiterpen, fenilpropan, tanin.
  • Rimpang Temulawak (Curcumae Rhizoma)
  • Minyak atsiri yang mengandung felandren dan tumerol
  • Zat warna kurkumin
  • Pati
  1. Khasiat Tumbuhan yang Digunakan
  • Daun Sirih (Piperis Betle Folium)
  • Mengobati sakit perut,infeksi,dan sebagi tonik.
    • Mengobati sembelit,sakit kepala,nyeri sendi,artitis.
    • Mengobati batuk, sariawan, jerawat, keputihan, bau mulut, bau badan, sakit gigi dan gusi.
    • Menahan perdarahan, menyembuhkan luka, dan mengatasi mimisan.

 Rimpang Temulawak (Curcumae Rhizoma)

  • Efek antidiabetik
  • Efek analgesik
  • Efek anthelmintik
  • Efek antiinflamasi
  • Menambah nafsu makan (stomakik)
  • Mengatasi asma
  • Alat dan Bahan
    1. Bahan yang digunakan :

Daun sirih dan rimpang temu lawak segar.

  1. Alat yang digunakan :

Panci infus, kompor, kain flanel, corong kaca, beker glass, botol 250 ml.

 Prosedur

  1. Pembuatan Sediaan Infus Daun Sirih (250 ml) :
  2. Timbang 25g daun sirih segar, potong-potong 2-3 mm, masukkan ke dalam bejana infus.
  3. Ukur aquades sebanyak 250 ml masukkan ke dalam bejana infus, panaskan diatas penangas air selama 25 menit (waktu untuk mencapai suhu 90ºC yaitu 10 menit dan waktu untuk menginfus yaitu 15 menit), sekali-sekali diaduk supaya minyak atsiri dalam daun sirih terekstraksi sempurna, setelah itu angkat, dinginkan.
  4. Infus dingin disaring dengan kain flanel, filtratnya ditampung pada beker glass
  5. Tambahkan air panas pada ampas, peras, hingga diperoleh volume infus 250 ml
  6. Masukkan infus ke dalam botol 250 ml yang sudah ditara dan ditandai, tutup.

  1. Pembuatan Sediaan Dekok Temulawak (250 ml) :
  2. Timbang 25g rimpang temulawak segar, potong-potong, masukkan ke dalam bejana infus.
  3. Ukur aquades sebanyak 250 ml masukkan ke dalam bejana infus, panaskan diatas penangas air selama 40 menit (waktu untuk mencapai suhu 90ºC yaitu 10 menit dan waktu untuk menginfus yaitu 30 menit), sekali-sekali diaduk supaya minyak atsiri dalam rimpang temu lawak terekstraksi sempurna, setelah itu angkat, dinginkan.
  4. Infus dingin disaring dengan kain flanel, filtratnya ditampung pada beker glass
  5. Tambahkan air panas pada ampas, peras, hingga diperoleh volume infus 250 ml
  6. Masukkan infus ke dalam botol plastik 250 ml yang sudah ditara dan ditandai, tutup.

Hasil Pengamatan

Gambar 1.1 Sediaan Infusa Daun Sirih dan Dekok Rimpang Temulawak

Pembahasan

Pada praktikum pembuatan infusa dan dekok dengan menggunakan daun sirih dan rimpang temulawak. Untuk pembuatan infusa digunakan sampel daun sirih. Sampel terlebih dahulu dicuci hingga bersih dan dipotong kecil-kecil lalu ditimbang sebanyak 25 gram. Sampel di potong kecil-kecil agar mempercepat zat aktif terlarut dalam pelarut. Pelarut yang digunakan adalah air,  Setelah itu ditambahkan  250ml aquadest kemudian direbus dengan suhu 90oC selama 15 menit. Setelah itu disaring dengan kain flanel dengan kondisi dingin. Setelah itu masukkan ke dalam botol dan beri etiket.

Piper betle L (Daun sirih) mengandung minyak atsiri dengan komponen antara lain kavikol, kavibetol, sinceol, eugenol, flavonoid. Minyak atsiri dapat merelaksasi otot polos pada saluran pernapasan, sekresi lendir berkurang, dan aktivitas antibakteri, antiinflamasi, dan antijamur yang sering menyebabkan plag pada gigi.

Selain pembuatan infusa, pada praktikum kali ini juga membuat dekokta temulawak. Dalam proses pembuatannya hampir sama seperti pembuatan infusa tetapi waktu yang dibutuhkan untuk membuat dekokta adalah selama 30 menit. Kemudian disaring dengan kain flanel dalam kondisi dingin. Kemudian dekok dimasukkan ke dalam botol dan beri etiket.

Curcuma xanthorrhiza Roxb (Rimpang Temulawak) mengandung kurkuminoid (1-2%), yaitu : kurkumin dan monodesmetoksikurkumin (tidak kurang dari 1 % dihitung sebagai kurkumin), bisdesmetoksikurkumin ditemukan dalam jumlah sangat kecil, bahkan kadang tidak terdeteksi. Kandungan lain adalah golongan seskuiterpen 3-12% (tidak kurang dari 5%), terutama: ar-kukumen, xanthorhizol, β-kurkumen, dan germakron. Penelitian menunjukkan bahwa tanaman ini memiliki aktivitas antiinflamasin dan antibakteri.

Digunakan suhu 90oC, karena pada suhu tersebut pelarut dapat menarik zat aktif yang ada dalam sampel (bagi sampel yang tahan panas). Infus/ rebusan obat merupakan sediaan air yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90oC selama 15menit yang mana ekstraksinya dilakukan secara infundasi. Air digunakan sebagai pelarut karena murah dan mudah diperoleh, stabil, tidak mudah terbakar, tidak beracun dan alamiah tetapi meskipun air memiliki keunggulan sebagai penyari, air juga memiliki kelemahan yaitu tidak selektif dan sari yang dihasilkan mudah tercemar jamur dan bakteri sehingga tidak tahan lama.  Dosis yang digunakan adalah 3-9 g/hari (tanaman segar), 1,5-3 g/hari (tanaman kering), 0,5-1 g/3x sehari (infus).

  • Kesimpulan

Sediaan galenika adalah sediaan yang dibuat dari bahan baku hewan atau tumbuhan yang disari.

Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati  dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit, yang mana ekstraksinya dilakukan secara infundasi. Infundasi merupakan penyarian yang umum dilakukan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati.

Dekokta adalah suatu proses penyarian yang hampir sama dengan infus, perbedaannya pada dekokta digunakan pemanasan selama 30 menit dihitung mulai suhu mencapai 90oC.

  • Daftar Pustaka

Mun’im Abdul, Hanani Endang. 2011. Fitoterapi Dasar. Dian Rakyat. Jakarta

Sudarsono,Phil.nat, Gunawan Didik, Wahyuono Subagus, Argo Donatus Imono, Purnomo. 2002. Tumbuhan Obat II (Hasil Penelitian, Sifat-Sifat dan Penggunaan). Pusat Studi Obat Tradisional-Universitas Gadjah Mada Sekip Utara. Yogyakarta.

Suparni Ibunda, Wulandari Ari. 2012. Herbal Nusantara 1001 Ramuan Tradisional Asli Indonesia. Rapha Publishing. Yogyakarta

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *