KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT DAN KEBERHASILAN TERAPI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT DAN KEBERHASILAN TERAPI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

FARMASI SOSIAL

 

 NI PUTU ERNA WIDIASMINI

162200021

B1

 JURUSAN FARMASI (ALIH JENJANG)

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS

INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA

2016/2017

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

  • Latar Belakang

Gaya hidup masyarakat Indonesia khususnya di perkotaan, cenderung memilih segala sesuatu yang sifatnya cepat dan mudah. Faktor waktu dan kepraktisan menjadi alasan bagi mereka untuk tetap memilih makanan cepat saji (fast food) dan minuman berkadar gula tinggi, walaupun mereka tahu bahwa makanan cepat saji dan minuman berkadar gula tinggi adalah makanan yang tidak sehat yang dapat memicu terjadinya penyakit. Salah satunya adalah penyakit diabetes melitus. Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang ditandai dengan adanya oeningkatan kadar gula dalam darah melebihi batas normal.

Diabetes melitus (DM) telah menjadi penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Penyandang DM di Indonesia pada tahun 1995 ada 4,5 juta orang yang mengidap diabetes, nomor tujuh terbanyak di dunia. Sekarang angka ini meningkat sampai 8,4 juta dan diperkirakan pada tahun 2025 akan menjadi 12,4 juta orang, atau urutan kelima terbanyak di dunia. Jumlah kasus DM yang ditemukan di Propinsi Jawa Tengah tahun 2007 sebanyak 259.703 kasus, terdiri dari DM tipe 1 sebanyak 26.981 dan DM Tipe 2 sebanyak 232.722 kasus (Fatmawati, 2010).

Kegagalan untuk mengontrol gula darah dalam jangka panjang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai penyakit dan pengobatan serta ketidakpatuhan pasien. Dalam suatu survei di Inggris terhadap 261 pasien, terbukti bahwa pengetahuan pasien mengenai antidiabetes oral dan insulin masih belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pasien yang memiliki pengetahuan mengenai pengobatan yang diperoleh sebesar 35%, pasien yang mengetahui mekanisme aksi obat yang mereka konsumsi adalah sebesar 15%, pasien yang mengetahui efek samping hipoglikemia dari obat sulfonilurea sebesar 10%, pasien yang mengetahui efek samping metformin terhadap gastrointestinal sebesar 20%, pasien yang menyuntikkan insulin dengan cara tidak tepat sebesar 80%, pasien yang memakai dosis yang salah sebesar 58% dan pasien yang tidak mengikuti diet yang dianjurkan sebesar 75%. Kepatuhan pasien terhadap pengobatan juga masih belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pasien yang mengkonsumsi obat dengan benar sebesar 62%, pasien yang lupa minum obat sebesar 20%, pasien yang sengaja tidak minum obat karena mengalami hiperglikemia sebesar 5% (Keban,dkk., 2013)

Dari data tersebut membuktikan bahwa kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai terapi DM, hal ini merupakan perhatian yang sangat serius khususnya dalam bidang kefarmasian. Bagaimana sebagai seorang farmasis dapat memberian terapi yang tepat dan rasional kepada pasien agar tercapai kualitas hidup yang lebih optimal. Salah satunya adalah dengan memberikan edukasi kepada penderita DM khususnya dalam diabetes tipe 2 agar penderita dapat meningkatkan kepatuhan dalam menjalankan pengobatannya serta patuh dalam menjalankan terapi dietnya.

  • Rumusan Masalah
  1. Apa saja yang mempengaruhi kepatuhan penggunaan obat dan keberhasilan terapi pada pasien diabetes melitus tipe 2 ?
  2. Apa saja peran farmasis dalam meningkatkan kepatuhan penggunaan obat dan meningkatkan keberhasilan terapi pada pasien diabetes melitus tipe 2
  • Tujuan Penulisan
  1. Untuk memahami apa saja yang mempengaruhi kepatuhan penggunaan obat dan keberhasilan terapi pada pasien diabetes melitus tipe 2
  2. Untuk mengetahui Peran Farmasis dalam meningkatkan kepatuhan penggunaan obat dan meningkatkan keberhasilan terapi pada pasien diabetes melitus tipe 2
  • Manfaat Penulisan
  • Manfaat Teoritis

Diharapkan makalah ini dapat memberikan sumbangan bagi upaya pengembangan wawasan keilmuan bidang Farmasi dan diharapkan dapat menambah wacana serta sumber refrensi penderita Diabetes melitus dan masyarakat.

 

  • Manfaat Praktis

Diharapkan makalah ini dapat memberi informasi dan bahan masukan bagi tenaga kesehatan, orang-orang sekitar penderita Diabetes melitus dan juga bagi penderita itu sendiri dalam meningkatkan kepatuhan dalam menjalani terapi diet dan olahraga.

 BAB II

ISI

 

  • Diabetes Melitus

Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak cukup dalam memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak efisien menggunakan insulin itu sendiri. Insulin adalah hormon yang mengatur kadar gula darah (Saptarini, 2012).

  • Klasifikasi Diabetes Melitus

Menurut (Saifunurmazah, 2013), klasifikasi Diabetes Melitus antara lain:

  1. Diabetes Melitus (DM) Tipe 1 (DM tergantung insulin)

DM tipe ini disebabkan karena kekurangan insulin, biasanya berkembang relatif pada usia muda, lebih sering pada anak wanita daripada anak laki-laki dan diperkirakan timbul antara usia enam dan delapan atau 10 dan 13 tahun. Gejalanya yang tampak sering buang air kecil, merasa haus. Terlalu banyak minum, letih, lemah, cepat marah. DM tipe ini bisa di kontrol dengan memberikan suntikan insulin.

  1. Diabetes Melitus (DM) Tipe 2 (DM tidak tergantung insulin)

Tipe ini biasanya terjadi setelah usia tahun 40 tahun. DM ini disebabkan karena insulin tidak berfungsi dengan baik. Gejalanya antara lain : sering buang air kecil, letih atau lelah, mulut kering, impoten, menstruasi tidak teratur pada wanita, infeksi kulit, sariawan, gatal-gatal hebsat, lama sembuhnya jika terluka. Sebagian besar penderita DM tipe ini mempunyai tubuh gemuk dan sering terjadi pada wanita berkulit putih.

 Tabel 1

Perbandingan Perbedaan DM tipe 1 dan 2

  DM Tipe 1 DM Tipe 2
Mula muncul Umumnya masa kanak kanak dan remaja, walaupun ada juga pada masa dewasa < 40 tahun Pada usia tua, umumnya > 40 tahun
Keadaan klinis saat

diagnosis

Berat Ringan
Kadar insulin darah Rendah, tak ada Cukup tinggi, normal
Berat badan Biasanya kurus Gemuk atau normal
Pengelolaan Yang

Disarankan

Terapi Insulin, Diet, Olahraga Diet, Olahraga, Hipoglikemik Oral

Sumber: (Dirjen Binfar, 2005)

 

  • Kepatuhan

Secara umum dalam kamus besar bahasa Indonesia yang dimaksud dengan kepatuhan adalah sifat patuh atau ketaatan dalam menjalankan perintah atau sebuah aturan. Dalam segi pengobatan kepatuhan dapat juga didefinisikan sebagai sikap pasien mengikuti anjuran dokter terhadap penggunaan obat yang diberikan. Ketidakpatuhan pasien dalam menjalankan terapi merupakan salah satu penyebab kegagalan terapi. Hal ini sering disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman pasien tentang obat dan segala sesuatu yang berhubungan dengan penggunaan obat untuk terapinya. (Wijaya, 2015)

  • Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan menurut Saifunurmazah (2013) antara lain:

  1. Karakteristik individu

Karakteristik individu meliputi usia, pendidikan, kepribadian, ciri kesakitan serta ciri pengobatan. Karakteristik individu ini berpengaruh pada kepatuhan penderita penyakit kronis seperti penyakit DM, dikarenakan perilaku ketaatan umumnya lebih rendah untuk penyakit kronis, karena penderita tidak dapat langsung merasakan akibat dari penyakit yang diderita. Selain itu kebiasaan pola hidup lama, pengobatan yang kompleks juga mempengaruhi tingkat kepatuhan pasien.

  1. Persepsi dan pengharapan pasien

Persepsi dan pengharapan pasien terhadap penyakit yang dideritanya mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan. Seseorang akan cenderung patuh jika ancaman yang dirasakan begitu serius, sedangkan seseorang akan cenderung mengabaikan kesehatannya jika keyakinan akan pentingnya kesehatan yang harus dijaga rendah.

  1. Komunikasi antara pasien dengan dokter

Berbagai aspek komunikasi antara pasien dengan dokter mempengaruhi tingkat ketidakpatuhan, misalnya kurangnya informasi dengan pengawasan, ketidakpuasan terhadap pengobatan yang diberikan, frekuensi pengawasan yang minim. Hubungan antara kepuasan dengan kepatuhan telah banyak diteliti, berkaitan dengan komunikasi yang terjalin dengan profesional kesehatan.

  1. Dukungan sosial

Hubungan antara dukungan sosial dengan kepatuhan pasien telah dipelajari secara luas. Secara umum, orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan, perhatian dan pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya cenderung lebih mudah mengikuti nasehat medis, daripada pasien yang kurang merasa mendapat dukungan sosial.

  • Cara –Cara Meningkatkan Kepatuhan

Cara –Cara Meningkatkan Kepatuhan Menurut Smet (1994) menyebutkan beberapa strategi yang dapat dicoba untuk meningkatkan kepatuhan, antara lain :

  1. Segi penderita (internal)

Usaha yang dapat dilakukan penderita DM untuk meningkatkan kepatuhan dalam menjalani terapi diet, olahraga dan pengobatan yaitu :

  • Meningkatkan kontrol diri.

Penderita DM harus meningkatkan kontrol dirinya untuk meningkatkan ketaatannya dalam menjalani pengobatan, karena dengan adanya kontrol diri yang baik dari penderita DM akan semakin meningkatkan kepatuhannya dalam menjalani pengobatan. Kontrol diri yang dilakukan meliputi kontrol berat badan, kontrol makan dan emosi.

  • Meningkatkan efikasi diri.

Efikasi diri dipercaya muncul sebagai prediktor yang penting dari kepatuhan. Seseorang yang mempercayai diri mereka sendiri untuk dapat mematuhi pengobatan yang kompleks akan lebih mudah melakukannya.

  • Mencari informasi tentang pengobatan DM

Kurangnya pengetahuan atau informasi berkaitan dengan kepatuhan serta kemauan dari penderita untuk mencari informasi mengenai DM dan terapi medisnya, informasi tersebut biasanya didapat dari berbagai sumber seperti media cetak, elektronik atau melalui program pendidikan di rumah sakit.

  • Meningkatkan monitoring diri

Penderita DM harus melakukan monitoring diri , karena dengan monitoring diri, penderita dapat lebih mengetahui tentang keadaan dirinya seperti keadaan gula dalam darahya, berat badan, dan apapun yang dirasakanya.

  1. Segi tenaga medis (external)

Usaha-usaha yang dilakukan oleh orang-orang di sekitar penderita DM untuk meningkatkan kepatuhan dalam menjalani pengobatan antara lain :

  • Meningkatkan keterampilan komunikasi para dokter

Salah satu strategi untuk meningkatkan kepatuhan adalah memperbaiki komunikasi antara dokter dengan pasien. Ada banyak cara dari dokter untuk menanamkan kepatuhan dengan dasar komunikasi yang efektif dengan pasien.

  • Memberikan informasi yang jelas kepada pasien tentang penyakitnya dan cara pengobatanya.

Tenaga kesehatan, khususnya dokter adalah orang yang berstatus tinggi bagi kebanyakan pasien dan apa yang ia katakan secara umum diterima sebagai sesuatu yang sah atau benar.

  • Memberikan dukungan sosial

Tenaga kesehatan harus mampu mempertinggi dukungan sosial. Selain itu keluarga juga dilibatkan dalam memberikan dukungan kepada pasien, karena hal tersebut juga akan menigkatkan kepatuhan, dalam Smet (1994: 260) menjelaskan bahwa dukungan tersebut bisa diberikan dengan bentuk perhatian dan memberikan nasehatnya yang bermanfaat bagi kesehatannya.

  • Pendekatan perilaku

Pengelolaan diri (self managment) yaitu bagaimana pasien diarahkan agar dapat mengelola dirinya dalam usaha meningkatkkan perilaku kepatuhan. Dokter dapat bekerja sama dengan keluarga pasien untuk mendiskusikan masalah dalam menjalani kepatuhan serta pentingnya pengobatan (Smet, 1994: 261).

  • Terapi Diet dan Olahraga

Menurut Khasanah (2014) penatalaksanaan terapi untuk mengelola diabetes melitus terdiri dari terapi non farmakologi dan terapi non farmakologi. Terapi non farmakologi dilakukan dengan mengubah gaya hidup diantaranya yaitu diet dan olahraga

  1. Terapi Diet

Tujuan utama dari pengobatan DM adalah untuk mempertahankan kadar gula darah dalam kisaran yang normal. Namun terkadang, kadar gula darah yang benar-benar normal sulit untuk dipertahankan.

Ada tiga jenis terapi diet untuk penderita DM antara lain :

  1. Diet rendah kalori

Bagi para pasien DM tipe 2 yang mempunyai berat badan berlebih penurunan berat badan harus diperhatikan dan didorong dengan mengukur berat secara teratur.

  1. Diet bebas gula

Tipe diet ini digunakan untuk pasien DM yang berusia lanjut dan tidak memerlukan suntikan insulin. Diet bebas gula diterapkan berdasarkan dua prinsip:

  1. Tidak memakan gula dan makanan yang mengandung gula.
  2. Mengkonsumsi makanan sumber hidratarang sebagai bagian dari keseluruhan hidrat arang secara teratur.
  3. Terapi Olahraga

Manfaat olahraga bagi penderita DM antara lain meningkatkan penurunan kadar glukosa darah, mencegah kegemukan, ikut berperan dalam mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi aterogenik, gangguan lipid darah, peningkatan tekanan darah, hiperkoagulasi darah.

Dalam penglolaan DM, latihan jasmani yang teratur memegang peran penting terutama pada DM Tipe-2. Manfaat latihan jasmani yang teratur antara lain :

  1. Memperbaiki metabolisme: menormalkan kadar glukosa darah dan lipid darah.
  2. Meningkatkan kerja insulin.
  3. Membantu menurunkan berat badan.
  4. Meningkatkan kesegaran jasmani dan rasa percaya diri.
  5. Mengurangi risiko penyakit radiovaskuler.

 

  • Peran Farmasis Dalam Meningkatkan Kepatuhan Pengobatan dan Terapi Pasien

Kebanyakan pasien dengan diabetes tidak mendapatkan perawatan optimal, seringkali kadar gula tidak terkontrol dengan baik. Masalah ini memberikan kesempatan kepada farmasis untuk memberikan kontribusinya dalam perawatan pasien dengan diabetes. Kontribusi apoteker berfokus kepada pencegahan dan perbaikan penyakit, termasuk mengidentifikasi dan menilai kesehatan pasien, memonitor, mengevaluasi, memberikan pendidikan dan konseling, melakukan intervensi, dan menyelesaikan terapi yang berhubungan dengan obat untuk meningkatkan pelayanan ke pasien dan kesehatan secara keseluruhan.

Menurut (Dirjen Binfar, 2005) Salah satu faktor utama kegagalan sebuah terapi adalah ketidakpatuhan terhadap terapi. Apoteker dapat memainkan penting dalam membantu pasien mengikuti terapi. Untuk melakukan hal ini secara efektif, apoteker harus mengerti faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dan menyebabkan ketidakpatuhan pasien terhadap terapi, antara lain:

  1. Regimen yang kompleks: Studi menunjukkan kepatuhan paling tinggi terjadi bila obat oral diminum 1x sehari. Paes dkk (1997) mengungkapkan, kepatuhan terhadap obat berkurang dari 79% menjadi 38% bila obat yang 1x sehari diganti menjadi 3x sehari. Dan kepatuhan akan semakin menurun bila pasien mengkonsumsi beberapa obat sekaligus.
  2. Kurang pengetahuan pasien terhadap penyakitnya: Pasien akan patuh meminum obatnya bila mereka menyadari bahwa diabetes adalah penyakit yang serius dengan konsekuensi yang serius pula, dan konsekuensi akan berkurang dengan partisipasi aktif dari pasien. Sayangnya, kebanyakan pasien dengan diabetes meremehkan bahaya akibat tidak mengontrol penyakitnya atau menyadari bahaya penyakit tetapi merasa tidak berdaya untuk mencegahnya.
  3. Kurang keyakinan pasien terhadap terapi/obat – Pasien akan lebih patuh meminum obatnya apabila mereka menyadari bahwa obat yang diminum benar-benar dapat membantu mengatasi penyakitnya. Sebagian besar pasien sangat kurang menyadari hal ini.

Mencermati hal-hal tersebut, maka salah satu upaya penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap terapi adalah konseling dan pemberian informasi yang lengkap dan akurat tentang terapi tersebut.

Ada 6 langkah yang dapat dilakukan:saat memberikan konseling dan pemberian informasi kepada pasien.

  1. Libatkan pasien; ciptakan suasana dimana pasien menyadari kalau anda tertarik dan peduli dan bersedia untuk membantu menangani masalah yang berhubungan dengan obat.
  2. Spesifik; dapatkan rincian spesifik bila pasien mendiskusikan masalah obatnya. Misalnya, bila pasien meloncati jadwal minum obatnya, tanyakan apakah ini terjadi pada waktu tertentu setiap harinya atau untuk obat-obat tertentu saja.
  3. Identifikasi hambatan utama yang mempengaruhi kepatuhan pasien dalam minum obatnya seperti disebutkan diatas:
  1. Apakah pasien mengerti cara meminum obatnya?
  2. Apakah regimen obat terlalu kompleks?
  3. Apakah pasien mengerti keuntungan utama dari obatnya?
  4. Apakah biaya menjadi masalah?
    1. Simpulkan; dengan menyimpulkan masalah pasien, Apoteker dapat membantu apakah pasien memerlukan perubahan sikap dan bagaimana melaksanakannya.
    2. Memecahkan masalah; saran-saran berikut dapat dicoba:
  5. Meminum obat anda sesuai dengan yang diresepkan adalah sangat penting supaya diabetes anda terkontrol.
  6. Untuk mendapatkan hasil optimal, jadwal meminum obat harus dipatuhi
  7. Bila anda khawatir dengan biaya obat anda, mungkin ada alternatif yang lebih murah yang sama keefektifannya. Beritahu dokter, jangan malu.
  8. Bila regimen obat anda terlalu susah, menjadi beban, atau membingungkan; tanyakan ke dokter atau Apoteker apakah ada alternatif lain yang lebih sederhana
    1. Akhiri pertemuan, tanyakan langkah apa yang akan dilakukan pasien setelah diskusi dengan apoteker.

 

BAB III

PENUTUP

 

  • Simpulan
  1. Kepatuhan penggunaan obat dan keberhasilan terapi pada pasien diabetes melitus tipe 2 dapat ditingkatkan dari segi penderita ataupun dari segi medis. Dari segi penderita usaha yang dapat dilakukan penderita DM untuk meningkatkan kepatuhan dalam menjalani terapi diet, olahraga dan pengobatan yaitu : meningkatkan kontrol diri, meningkatkan efikasi diri, mencari informasi tentang pengobatan DM, meningkatkan monitoring diri. Dari segi tenaga medis dapat dilakukan dengan cara meningkatkan keterampilan komunikasi para dokter, memberikan informasi yang jelas kepada pasien tentang penyakitnya, memberikan dukungan sosial, pendekatan perilaku.
  2. Peran Farmasis dalam meningkatkan kepatuhan penggunaan obat dan meningkatkan keberhasilan terapi pada pasien diabetes melitus tipe 2 adalah konseling dan pemberian informasi yang lengkap dan akurat tentang terapi pada penderita Diabetes Melitus.


DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Ri, 2005, Pharmaceuticalcare Untuk Penyakit Diabetes Mellitus, Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik

Fatmawati, A. 2010, Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Pasien Rawat Jalan (Studi Kasus Di Rumah Sakit Umum Daerah Sunan Kalijaga Demak), Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang

Khasanah, R.N.U. 2014, Pengelolaan Diet dan Olahraga Dapat Menstabilkan Kadar Gula Darah Pda Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wilayah Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta

Keban, S.A., Purnomo, L.B., Mustofa, 2013, Evaluasi Hasil Edukasi Farmasis Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta (Pharmacist’s Evaluation On Education Outcomes To Type 2 Diabetic Patients In Dr. Sardjito Hospital Yogyakarta), Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, April 2013, Hlm. 45-52 ISSN 1693-1831

Paes AH, et al. Impact of dosing frequency on patient compliance. Diabetes Care 1997

Saifunurmazah, D. 2013, Kepatuhan Penderita Diabetes Mellitus Dalam Menjalani Terapi Olahraga Dan Diet (Studi Kasus Pada Penderita DM Tipe 2 Di RSUD Dr.Soeselo Slawi), Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang

Saptarini, C. 2012, Pemanfaatan Abu Gosok untuk Menurunkan Kadar Tanin pada Minuman Serbuk Biji Petai Cina (Leucaena leucocephala, Lamk De Wit), Universitas Atma Jaya Yogyakarta Fakultas Teknobiologi Program Studi Biologi Yogyakarta

Smet, Bart .1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta : PT.Grasindo.

Wijaya, I.N., Faturrohmah.A., AgustinW.W., Soesanto, T.G., Kartika, D., Prasasti, H. 2015, Profil Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus Puskesmas Wilayah Surabaya Timur Dalam Menggunakan Obat Dengan Metode Pill Count, Departemen Farmasi Komunitas Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Jurnal Farmasi Komunitas Vol. 2, No. 1, (2015) 18-22

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *